BAB 21
LARANGAN BERDUAAN DI TEMPAT YANG SUNYI
Tersebut
dalam riwayat bahwa Rasulullah S.A.W bersabda : ”Takutlah kamu dari
menyepi (berduaan) dengan perempuan. Demi Dzat yang diriku berada dalam
kekuasaanNYA, tidaklah orang lelaki yang menyepi ber sama dengan orang
perempuan (yakni berpacaran), kecuali syethan menyusup di antara mereka
berdua. Sungguh seorang yang berdesak desakkan dengan babi yang
berlepotan lumpur itu jauh lebih baik dari pada berdesak
desakkan(bersenggolan)dengan pundak perempuan yang tidak halal baginya”.
Rasulullah
S.A.W bersabda:”Orang perempuan itu merupakan jerat-jeratnya syethan
(yakni perangkapnya), dan kalaulah bukan karena syahwat, tentu kaum
wanita tidak akan menguasai (menundukkan) kaum lelaki”. (al hadits) Ada
pepatah mengatakan “IDZAA QAAMA DZAKARUR RAJULI DZAHABA TSULUUTSA
‘AQLIHI”Apabila kelamin lelaki bangkit maka hilanglah sepertiga
akalnya”.
|
KEWAJIBAN PEREMPUAN JIKA KELUAR RUMAH
Kalaulah
perempuan bermaksud keluar rumah, ia berkewajiban menutup seluruh
tubuhnya tampa kecuali termasuk kedua tangannya dari perhatian orang
banyak. Tidak hanya itu bahkan hendaknya ia menyamarkan diri dari
perhatian orang yang mungkin mengenalnya. Jika seseorang kawan suaminya
berkunjung, sementara suaminya tidak ada di rumah, hendaknya dia tidak
perlu bertanya panjang lebar. Hal itu di maksud untuk memelihara diri
dan suaminya. Demikian yang diungkapkan Imam Ghazali dan beberapa imam
lainnya.
Rasulullah
S.A.W bersabda:”Sudah menjadi ketentuan bagi manusia bahwa bagian
bagian dari tubuhnya melakukan zina, hal itupasti did lakukan. Kedua
mata zinanya memandang, Kedua telinga zinanya mendengar, lisan zinanya
berbicara. Kedua tangan zinanya memaksa, kedua kaki zinanya berjalan,
dan hati zinanya menyenangi dan mengharap harap. Semmua itu di benarkan
oleh kelamin atau di dustakannya”. (riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Rasulullah S.A.W bersabda : ”Perkara apakah yang lebih baik bagi kaum
wanita?. Fathimah menjawab : ”Hendaknya ia tidak memandang kaum lelaki
dan lelaki tidak memandanginya. Kemudian Rasulullah S.A.W merangkul
Fathimah dna beliau bersabda:”Anak turun sebagian manusia dari sebagian
yang lain hendaknya saling menolong. Rasulullah S.A.W, merasa terharu
atas pendapat puterinya itu”.
|
PERILAKU KAUM WANITA DEWASA INI
Ketahuilah
bahwa sebagian besar wanita dewasa ini telah kena penyakit suka
memperlilhatkan dandanannya secara berlebihan kepada kaum lelaki. Mereka
sedikit sekali mempunyai rasa malu. Kalau berjalan mereka suka membuat
buat, dengan melenggak lenggokkan pinggulnya. Kenyataaan itu sering
mereka perlihatkan di muka golongan kaum lelaki, baik sewaktu di pasar
atau bahkan ketika berjalan menuju masjid. terutama di waktu siang atau
malam hari di bawah cahaya lampu.
Ada
yang mengatakan bahwa, apabila seorang perempuan perilakunya menyimpan
tiga perkara ini maka di namakan Qahbah(semacam biduan) yang sangat
buruk. Pertama, kalau perempuan itu keluar rumah diwaktu siang hari
dengan mengenakan dandanan yang berlebihan untuk di pamerkan kepada kaum
lelaki secara umum. Kedua, perempuan yang mempunyai kebiasaan
meperhatikan kaum lelaki lain. Ketiga, perempuan yang gemar
memperdengarkan suaranya di telinga orang lain, sekalipun perempuan itu
tergolong bisa menjaga kehormatannya. Karena dengan begitu dirinya
mempersamakan dengan perempuan yang tidak baik.Tentang mempersamakan
(penyerupaan itu) Rasulullah S.A.W memperingatkan : ”MANTASABBAHA
BIQAUMIN FAHUWA MINHU” “Barang siapa yang membuat penyerupaan dengan
suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka”.
Orang
yang menyerupakan dirinya sebagai golongan orang shalih (maksudnya
bergaul dengan mereka), niscaya akan ikut di hormati, sebagaimana orang
yang shalih itu menerima penghormatan. Sebaliknya orang yang bergaul
dengan orang orang yang fasik, niscaya akan menjadi sasaran cercaan.
Yang berarti tidak akan dihormati oleh orang lain. Perempuan hendaknya
membersihkan diri dan memperhias perangainya dengan sikap pemalu. Jangan
sampai seorang perempuan berperangai yang menyebabkan dirinya
memperoleh predikat “Quhbah”.
Maka
alangkah baiknya bagi perempuan yang mempunyairasa takut keada Allah
dan rasul-NYA, serta bagi orang orang yang mempunyai budi pekerti yang
tinggi, supaya mencegah isterinya(atau anak perempuannya)keluar rumah
dengan dandanan yang mencolok. larangan keluar rumah itu memang tidak
mutlak tanpa ada pengecualian dalam suatu waktu. Setidaknya Rasulullah
S.A.W memberi kelonggaran kepada kaum wanita pada hari raya. Di hari
raya itu, kaum wanita yang dapat menjaga kehormatannya di beri izin
keluar rumah, setelah mendapat keridhoan suaminya. Tetapi berdiam diri
tinggal di rumah itu lebih menyelamatkan diri dari godaan.
Hendaknya
seorang perempuan jangan kemana-mana. Jangan keluar rumah kecuali ada
keperluan yang mendesak. Kalau keluar rumah hendaknya menundukkan
pandangannya dari kaum lelaki. Memang kami tidak mengatakan bahwa wajah
lelaki menurut haknya adalah aurat, sebagaimana wajah perempuan menurut
haknya. Tetapi wajah anak lelaki itu seperti wajah anak lelaki yang
tampan. Orang di haramkan memperhatikan wajah anak lelaki yang tampan,
jika dikhawatirkan timbulnya fitnah. Hanya itu. Kalau tidak
mengkhawatirkan terjadinya fitnah tidak di haramkan. Sebab, sejak semula
tidak ada perintah kepada kaum lelaki untuk menutup wajah. Sebagaimana
perintah yang di tekankan kepada kaum wanita supaya menutup wajahnya.
Sekiranya wajah kaum lelaki itu termasuk auratnya dalam pandangan kaum
perempuan niscaya mereka di perintah untuk menutup wajahnya, atau bahkan
dilarang keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak.
Bagi
kaum lelaki yang mempunyai tangggung jawab dalam rumahtangganya,
berkewajiban untuk menjaga orang orang perempuan yang berada di bawah
kekuasaanya. Terutama dizaman sekarang. Jangan sampai memberi
kelonggaran kepada mereka yang memungkinkan mereka melakukan
pelanggaran. Hendaknya mereka tidak diberi izin keluar rumah, kecuali
dimalam hari beserta muhrimnya, atau dengan perempuan lainnya yang dapat
di percaya. Pembantu saja belum cukup di percaya, jika tidak disertai
perempuan yang lain yang lebih dapat dipercaya. Sebab kelurusan amanat
yang di berikan kepada pembantu sangat jarang dilaksanakan.
Dalam
sejarah, dimasa jahilliyah ada seeorang perempuan anak Taimilah bin
tsa’labah bekerja sebagai penjual samin. Suatu ketika Khawat bin Jubair
Al Anshari datang untuk membeli minyak samin. lalu mereka terlibat tawar
menawar. Perempuan itu membuka tali penutup wadah yang penuh berisi
samin.
Khawwat
berkata:”Pegangi wadah ini, aku hendak melihat lihat wajah yang lain”.
Lalu Khawaat membuka wadah yang lain. Setelah dilihat, Ia berkata
:”Pegagi Wadah ini”.
Ketika
perempuan itu sedang terlena dengan wadah wadah samin yang di
peganginya. tanpa terduga Khawat menubruk dirinya lalu berbuat yang
tidak senonoh hingga terlampiaskan keinginannya. Setelah melakukan
perbuatan itu Khawwat lari dan masuk Islam. Ia ikut perang badar. Suatu
hari Rasulullah S.A.W berkata kepadanya :”Hai khawwat, bagaimana
ceritanya ketika membeli samin”, Rasulullah S.A.W tersenyum. Khawwat
menjawab:”Wahai Rasulullah benar benar Allah telah melimpahkan rezki
pada saya, Rizki yang baik. Sekarang aku berlindung kepada Allah dari
kekurangan setelah mengalami penambahan”.
|
BAB 22
HIKAYAT
Ada
sebuah keluarga yang sangat terpandang. Suatu hari keluarga itu membeli
seorang pembantu (budak) yang berkebangsaan hindi(Hindia). Keluarga itu
terus merawatnya dan akhirnya di ambil sebagai anak. Setelah dewasa, ia
jatuh cinta pada tuan puterinya, yang ketika itu telah menjadi ibu
angkatnya sendiri. Ia terus menerus menggoda ibu angkatnya, dan
ibunyapun melayani. Hingga suatu hari terjadilah hubungan layaknya
hubungan suami istri.
Ketika
pembantu itu sedang asyik di atas dada ibu angkatnya, Tiba tiba ayah
angkatnya datang. Ia marah. Ia segera mengambil pisau, lalu di potongnya
kelamin anak angkatnya itu. Namun pada akhirnya Ia menyesal. Ia
membawanya ketabib untukdi obati. Setelah sembuh si anak angkat itu
tidak di usir. Ia tetap diberi kesempatan tinggal di rumah orang tuanya
yang telah menjadi orang tua angkatnya, tetapi secara diam diam ia (
anak angkat ) itu mendendam, Ia menunggu datangnya kesempatan untuk
melakukan pembalasan.
Keluarga
yang sangat terpandang itu sebenarnya mempunyai dua anak yang sangat
tampan. Salah satunya masih berusia anak-anak sedang yang lainnya
mendekati remaja. Suatu hari kedua anak itu hilang dibawa pembantunya
yang telah di angkat menjadi anaknya. Tanpa diketahui keduanya dibawa
naik ke atas loteng. Disana keduanya diajak bermain-main, diperlakukan
secara baik hingga tak ada kesan di sandera.
Hingga
manakala orang tuanya telah kebingungan mencari, tanpa sengaja ia
mendongak keloteng. Disana anak-anak disandera anak hindi tadi. Ia
berteriak “Celaka benar Kau. Apakah engkau menghendaki kematian kedua
anakku?”
Bekas
pembantunya menjawab:”Ya benar, Kedua anakmu mesti akan mati kalau Kau
tidak menuruti perintahku”. ”Apa kemauanmu?”, tanya orang yang
terpandang itu. ”Aku menghendaki supaya kamu memotong kelaminmu
sendiri”. Demi mendengar permintaan itu, Ia terperanjat bukan kepalang,
katanya, ”Takutlah kepada Allah, takutlah kamu. Bukankah dirimu telah
kupelihara. Hentikan perbuatan jahatmu itu”. Ia terus mengulang -ulang
permintaanya. Namun anak hindi itu tidak ambil peduli.
Ketika
tuannya akan naik keatas loteng, sianak Hindi itu menyeret kedua
anaknya dibawa kepinggir loteng. Lelaki yang malang itu berteriak,
”Celaka benar kamu !Tunggu sebentar. tentu aku akan menuruti
tuntutanmu”. Ia pergi sebentar lalu datang dengan membawa pisau. tanpa
di minta lagi kelaminnya di potongnya sendiri di depan mata si anak
Hindi. setelah puas menyaksikan dendamnya, si anak Hindi itupun
mencampakkan kedua anak bekas majikannya itu hingga tewas seketika. Apa
katanya. ”Tuntutan memotong kelamin sendiri itu adalah sebagai
pembalasan atas perbuatanmu tempo hari memotong kelaminku. Dan kematian
kedua anakmu itu sebagai tambahan atas kerugianku”.
Memperhatikan
kisah tersebut, dapat di ambil pelajaran bahwa, bilamana pembantu telah
memasuki usia baligh hendaknya dilarang masuk kamar majikannya. Sebab
pada umumnya godaan mulai terjadi setelah memasuki usia itu. Disamping
menjaga keturunan itu termasuk perkara terpenting.
|
KECEMBURUAN
Rasulullah
S.A.W bersabda : ”INNII LAGHAAYUURUN WAMAA MINIMRI-IN LAA YAGHAARUILLAA
MANKUUSUL QALBI” Sesungguhnya aku ini pecemburu. setiap orang yang
tidak mempunyai rasa pecemburu, maka tidak lain kecuali orang itu
berhati terbalik” (Al hadits) Rasulullah S.A.W bersabda:”Sesungguhnya
Allah S.W.T itu pecemburu, dan orang mukmin itu hendaknya pecemburu.
Kecemburuan Allah adalah jika ada orang mukmin yang melakukan prbuatan
yang diharamkan oleh Allah. (Diriwayatkan oleh Ahmad, bukhari, muslim
dan turmudzi dari abu hurairah) Imam Ali Ra mengatakan, ”Apakah kalian
tidak malu. Apa kalian tidak cemburu membiarkan
perempuan-perempuan(istri-istri)mu keluar ketengah tengah kaum lelaki.
Ia melihatnya dan mereka memperhatikan dirinya”.
Sebaliknya
cemburu yang berlebihan juga tidak baik. Imam Ali Ra mengatakan hal
itu, ”Janganlah kamu berlebihan mencemburu. Sebab dengan kecemburuan
yang berlebihan itu sama artinya menuduh istrimu berbuat buruk”.
Rasulullah
S.A.W bersabda : ”Sesungguhnya di antara kecemburuan ada yang di cintai
Allah dan ada pula kecemburuan yang di benci Allah. Di antara sikap
berbangga diri ada yang di sukai Allah dan ada pula sikap berbangga diri
yang di murkai Allah. Adapun kecemburuan yang di sukai Allah adalah
kecemburuan (Dalam hal keragu-raguan). Kecemburuan yang di benci Allah
adalah kecemburuan di luar hal itu. Adapun sikap berbangga diri yang di
sukai Allah adalah keberbanggaan seseorang ketika maju kemedan
pertempuran di saat terjadinya bencana. Sikap keberbanggaan yang dibenci
Allah adalah dalam hal kebatilan”.
Di
Era globalisasi dewasa ini, kalau ada perempuan keluar rumah maka
hampir di pastikan menjadi sasaran godaan kaum lelaki. Mungkin dengan
cara mengedipkan matanya atau disentuh. Ada pula yang sekedar di pegang
dan ada pula yang disindir dengan kata kata yang jorok yang tidak
mengenakan telinganya.
Yang
terakhir itu tentu saja khusus bagi orang baik-baik dan orang sholehah
serta selalu menjaga kehormatannya. Ibnu Hajar mengatakan, jika seorang
perempuan (istri)bermaksud hendak keluar untuk menjenguk orang tua,
misalnya, sebenarnya tidak dilarang. Tetapi terlebih dulu harus
memperoleh izin dari suaminya. yang perlu diperhatikan pula,
hendaknyaketika keluar jangan memamerkan perhiasan dan dandanannya.
Sebaiknya bahkan dirinya dianjurkan agar berdandan sebagaimana seorang
pelayan yang kotor tubuhnya.
Pakaian
yang dikenakannya tidak perlu bagus, melainkan pakaian yang sederhana.
Pandangan hendaknya dijaga, di tundukkan sepanjang jalan. Tidak perlu
tengok kanan dan kiri. Kalau tidak begitu justru akan membuka kesempatan
untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah, Rasul-NYA dan kemaksiatan
kepada suaminya.
BAB 23
KISAH
Dikisahkan
ada seorang perempuan yang gemar memamerkan dandanannya di depan kaum
lelaki. Ia mati. Hingga suatu malam di antara saudaranya ada yang
bermimpi melihat dirinya di hadirkan kehadapan Allah dengan mengenakan
busana yang sangat tipis. Saat itu angin bertiup menerpa busananya,
tersingkaplah busananya. Allah berpaling tidak sudi memperhatikannya.
Allah berfirman:”Seret dia ke NERAKA …!!! Sesungguhnya perempuan itu
termasuk orang yang suka memamerkan dandanannya sewaktu di dunia.
Ketika
suami rabi’ah Adawiyah mati, beberapa waktu kemudian Hasan Al Basri dan
kawan kawannya datang menghadap Rabi’ah. Mereka meminta izin di
perkenankan masuk, mereka di perkenankan masuk. Rabi’ah segera
mengenakan cadarnya, dan mengambil tempat duduk di balik tabir. Hasan
AlBasri mewakili kawan kawannya mengutarakan maksud kedatangannya. Ia
berkata : ”Suamimu telah tiada, sekarang Kau sendirian. Kalau kmu
menghendaki silahkan memilih salah seorang dari kami. Mereka ini orang
orang yang ahli zuhud”. Jawab Rabi’ah Adawiyah:”ya, aku suka saja
mendapat kemuliyaan ini. Namun aku hendak menguji kalian, siapa yang
paling ‘alim(pandai) diantara kalian itulah yang menjadi suamiku”.
Hasan
Al Basri dan kawan kawannya menyanggupi. Kemudian Rabi’ah Adawiyah
bertanya: ”Jawablah empat pertanyaanku ini kalau bisa aku siap di
peristri oleh kamu”. Hasan Al Basri berkata :”Silahkan bertanya, kalau
Allah memberi pertolongan aku mampu menjawab tentu aku jawab”.
“Bagaimana pendapatmu kalau aku mati kelak, kematianku dalam muslim
(husnul khatimah) atau dalam keadaan kafir(suul khatimah)”. kata Rabi’ah
bertanya. Jawab Hasan Al basri : ”Yang kau tanyakan itu hal yang ghaib,
mana aku tahu. . ”. “Bagaimana pendapatmu, kalau nanti aku sudah di
masukkan kedalam kubur dan mungkar-nakir bertanya kepadaku, apakah aku
sanggup menjawab atau tidak. . ” “Itu persoalan ghaib lagi”. Jawab Hasan
Al Basri.“Kalau seluruh manusia di giring di MAUQIF (padang mahsyar)
pada hari kiamat kelak, dan buku buku catatan amal yang dilakukan oleh
malaikat HAFAZHAH beterbangan dari tempat penyimpanannya di bawah ‘arsy.
Kemudian buku buku catatan itu di berikan kepada pemiliknya. Sebagian
ada yang melalui tangan kanan saat menerima dan sebagian lagi ada yang
lewat tangan kiri dalam menerimanya. Apakah aku termasuk orang yang
menerimanya dengan tangan kanan atau tangan kiri. . ?, tanya Rabi’ah.
“Lagi lagi yang kau tanyakan hal yang ghaib”, jawab Hasan Al Basri.
Tanya Rabi’ah sekali lagi:”Manakala pada hari kiamat terdengar
pengumuman bahwa, sebagian manusia masuk surga dan sebagian yang lain
masuk neraka, apakah aku termasuk ahli syurga atau ahli neraka. . ?”.
“Pertanyaanmu yang ini juga termasuk persoalan yang ghaib”, jawab Hasan
Al basri. Rabi’ah berkata :”Bagaimana orang yang mempunyai perhatian
kuat terhadap empat persoalan itu masih sempat mamikirkan nikah. . ?”.
Coba perhatikanlah kisah dialog tersebut. Betapa besar perasaan takut
Rabi’ah Adawiyah terhadap persoalan itu. Kendati ia seorang sholehah.
namun masih diikuti perasaan takut yang luar biasa jika akhir hayatnya
tidak baik.
Diceritakan
bahwa, Rabi’ah Adawiyah itu mempunyai tingkah laku yang berubah ubah.
Suatu ketika perasaan cintanya kepada Allah begitu berat, hingga ia
tidak sempat lagi berbuat apa-apa. Diwaktu lain ia kelihatan tenang
nampak seperti tidak ada masalah, dan lain waktu ia kelihatan sangat
takut dan cemas.
Suaminya
menceritakan, suatu hari aku duduk sambil menikmati makanan. Sementara
ia duduk di sampingku dalam keadaan termenung lantaran di hantui
peristiwa kiamat. Aku berkata :”Biarkan aku sendirian menikmati makanan
ini”. Ia menjawab aku dan dirimu itu bukanlah termasuk orang yang dibuat
susah dalam menyantap makanan, lantaran mengingat akherat”. Lebih
lanjut Ia berkata:”Demi Allah, sesungguhnya bukanlah aku mencintaimu
seperti kecintaannya orang yang bersuami istri pada umumnya. Hanyalah
kecintaanku padamu sebagaimana kecintaan orang yang bersahabat”. Kalau
Rabi’ah Adawiyah memasak makanan, Ia berkata:”Majikanku, makanlah
masakan itu. Karena tidak patut bagi badanku kecuali membaca tasbih
saja”. (yang di maksud majikan adalah suami dari Rabi’ah Adawiyah
sendiri).
Hingga
suatu hari Rabi’ah berkata pada suaminya:”Tinggalkan diriku, silahkan
kamu menikah lagi”. Hal itu dikatakan ketika suaminya masih hidup. Maka
Aku (suaminya)pun menikah lagi dengan tiga orang perempuan. Saat itu
Rabi’ah masih setia melayani keperluan suaminya, termasuk memasakkan
makanan. Suatu hari Rabi’ah Adawiyah memasakkan daging untuk suaminya,
Ia berkata:”Tinggalkanlah diriku dengan membawa kekuatan yang baru
menujuistri-istrimu yang lain”.
Dikisahkan
bahwa Rabi’ah Adawiyah juga mempunyai sahabat sahabat yang lain dari
bangsa jin, yang sanggup mendatangkan apa saja yang di kehendakinya.
Wali perempuan ini dalam kehidupannya dikenal pula mempunyai berbagai
kekeramatan hingga wafatnya. Di antara kekeramatannya adalah bahwa pada
suatu malam ada pencuri masuk menjarahi isi rumahnya. Ia sendiri masih
terlelap tidur. Ketika pencuri itu hendak keluar dengan menjinjing
barang-barang yang telah di kemasi, mendadak pintu rumahnya hilang
semua. Pencuri itu lalu duduk disamping pintu yang di pandang semula
belum lenyap. Tiba tiba saat itu terdengar suara halus
menyapanya:”Letaakkan barang -barang yanga kau kemasi. Keluarlah dari
pintu ini”.
Ia
pun segera meletakkan barang-barang yang telah dikemasi. Mendadak pintu
itu kelihatan lagi. Begitu ia melihat pintu maka ia segera menyambar
lagi barang-barang hasil curian tadi. Tiba-tiba pintu itu hilang lagi
seketika ia letakkan lagi barang hasil jarahannya. Pintu kelihatan lagi.
Ia mengambil kembali barang haasil jarahannya. Pintu hilang lagi. Dan
begitu seterusnya. Tiba-tiba terdengar lagi suara lembut menyapa :”Kalau
Rabi’ah adawiyah tertidur, Tetapi Allah tidak tertidur dan tidak pula
terserang rasa kantuk”, maka ia pun sadar. barang barang yang di
kemasinya pun Ia tinggalkan, lalu ia pun keluar melalui pintu tadi.
|
BAB 24
TANDA-TANDA ISTRI YANG SHALEHAH
Diantara
tanda-tanda istri yang shalehah adalah, bilamana ia melakukan kesalahan
terhadap suaminya, ia menyesal sekali dan segera meminta maaf dan
memohon keridhoannya. Kesalahan itu ia sesali dan ia tangisi sepanjang
hari, karena takut mendapat siksa dari Allah.
Tanda-tanda
yang lain adalah misalnya, ia melihat suaminya sedang diliputi perasaan
duka dan sedih, Maka ia menghibur, ”Kalau yang kamu sedihkan
berhubungan dengan urusan akherat, sesungguhnya hal itu sangat
menguntungkan bagimu, tetapi jika yang kau sedihkan berhubungan dengan
urusan dunia, sama sekali aku tidak membebanimu dengan perkara yang
berat.
K I S A H
Dikisahkan
bahwa Rabi’ah binti Isma’il Asy Syamsiah, Seorang istri Ahmad bin Abu
Al huwari, suatu hari memasak makanan yang enak. Masakan itu di beri
campuran aroma yang harum. Suami Rabi’ah juga mempunyai istri yang lain.
Setelah masak dan menyantap makanan itu, Rabi’ah berkata pada
suaminya:”pergilah kamu keistri yang lain dengan tenaga yang baru”.
Rabi’ah
yang satu ini memang mirip dengan rabi’ah Adawiyah yang berdomisili di
bashrah. Rabi’ah Asy Syamsiah ini setelah menunaikan shalat ‘isya ia
berdandan lengkap dengan busananya. Setelah itu baru mendekati tempat
tidur suaminya. Ia tawarkan pada suaminya, ”Apakah malam ini kamu
membutuhkan kehadiranku atau tidak”. Jika suaminya sedang berhasrat
untuk menggaulinya, maka ia melayaninya hingga puas. kalau malam itu
suaminya sedang tidak berminat menggaulinya, maka ia menukar pakaian
yang ia kenakan tadi dan berganti dengan pakaian lain yang di gunakan
untuk beribadah. malam itu ia tenggelam di tempat shalatnya hingga
subuh. Rabi’ah binti Isma’il Asy Syamsiah bersuamikan Ahmad bin Abu
huwar itu memang dikehendaki Rabi’ah sendiri. Ia pula yang pertama-tama
melamar syeikh Ahmad supaya berkenan memperistri dirinya.
Ceritanya
demikian, Rabi’ah binti Ismail itu semula mempunyai suami yang kaya.
Setelah kematiannyaIa memperoleh harta waris yang sangat besar. Ia
kesulitan menafkahkan harta itu, Mengingat ia seorang perempuan yang
terbata gerakannya. maka ia bermaksud melamar syeikh Ahmad, dengan
tujuan agar dapat menasarufkan (menghibahkan) hartanya demi kepentingan
islam dan di berikan kepada orang orang yang membutuhkan. Yang deemikian
itu karena Rabi’ah binti Ismail memandang syeikh Ahmad sebagai orang
yang dapat menjalankan amanat, sedang Rabi’ah sendiri seorang yang adil.
Ketika
mendapat lamaran dari Rabi’ah syeikh Ahmad berkat :”Demi Allah,
sesungguhnya aku tidak berminat lagi untuk menikah. Sebab aku ingin
berkonsentrasi untuk beribadah”.
Rabi’ah
menjawab :”Syeikh Ahmad, sesungguhnnya kosentrasiku dalam beribadah
adalah lebih tinggi dari pada kamu. Aku sendiri sudah memutuskan untuk
tidak menikah lagi. tetapi tujuanku menikah kali ini tidak lain adalah
agar dapat menasarufkan harta kekayaan yang kumiliki kepada
saudarasaudara yang muslim, Dan untuk kepentingan islam sendiri. Akupun
mengerti bahwa engkau itu orang yang shalih, tapi justru dengan begitu
aku akan memperoleh keridhoan dari Allah S.W.T”.
Syeikh
Ahmad berkata :”Baiklah, tapi aku minta waktu, Aku hendak meminta izin
dari Guruku”. Lalu syeikh Ahmad mengahadap gurunya, yakni Syeikh Abu
Sulaiman AD Darani. Sebab gurunya itu dulu pernah melarang dirinya untuk
menikah lagi. Katanya:”Setiap orang yang menikah, sedikit atau banyak
pasti akan terjadi perobahan atas dirinya”.
Tetapi
setelah Abu Sulaiman mendapat penjelasan dari muridnya mengenai rencana
Rabi’ah, ia berkata:”kalau begitu Nikahilah Ia. Karena perempuan itu
seorang wali”.
Kisah
kisah yang serupa seperti kisah Rabi’ah Adawiyah itu sesunggguhnya
cukup banyak. lazimnya terjadi pada masa lalu, tetapi untuk masa
sekarang, hampir tidak pernah di jumpai, adanya seorang wanita yang
bertingkah baik seperti mereka.
KISAH
Di
kisahkan ada seorang pandai besi yang mempunyai keajaiban luar biasa.
kalau ia memanggang besi didalam bara api tangannya tidak kepanasan
sekalipun saat mengambilnya menggunakan tangannya secara telanjang.
Ketika itu ada seorang yang tergerak hatinya bermaksud menyaksikan
keajaiban itu. Apakah benar ataukah sekedar berita bohong. Hingga suatu
hari orang tersebut datang kerumah si pandai besi. Ia bertanya tentang
berita itu. Setelah melihat sendiri Ia memandangi dengan penuh
kekaguman. Setelah pandai besi itu menyelesaikan pekerjaannya, lelaki
tadi memberi salam. pandai besi menjawab. Lalu kata lelaki tadi:”Malam
ini aku menjadi tamumu, kamu tidak keberatan bukan?’
Sipandai
besi menjawab:”Dengan suka hati aku menerima kehadiranmu”. Lelaki tadi
diajak masuk kerumah. hingga setelah makan malam tiba ia disuguhi makan
malam. Selesai makan hingga menjelang tidur lelaki itu tidak menjumpai
suatu kelebihan di lakukan si pandai besi. Ibadah fardunya hanya seperti
itu. Ia tidur malah hingga subuh. Dalam hati ia berkata: ”Barangkali
malam ini ia sengaja merahasiakan ibadahnya”. Lelaki tadi meminta izin
agar di perbolehkan bermalam untuk yang kedua kalinya. Ia mencoba
memperhatikan amaliyahnya. Ternyata tidak ada kelebihannya dalam
menjalankan kewajiban dan kesunahan beribadah.
Akhirnya
lelaki itu berkata : ”Sudah seringkali aku mendengar, betapa besar
Allah memuliakan dirimu. Kebetulan aku sendiri juga menyaksikan
kekeramatanmu itu. Tetapi setelah aku perhatikan secara lahiriyah
ternyata tidak ada kelebihan yang aku jumpai dalam ibadah fardu atau
sunnahmu. Kalau begitu dari manakah tingkatan itu kamu peroleh?”.
Sipandai besi itu menjawab :”Saudaraku, sesungguhnya akukisah yang
sangat menarik. ceritanya begini, Aku bertetangga dengan seorang
perempuan yang sangat cantik sekali. Aku cinta sekali padanya. Setiap
saat aku menggoda dan merayunya supaya mau memenuhi keinginanku. Namun
sejauh itu aku tidak dapat menundukkan dirinya. Rupanya Ia perempuan
ahli wara’ yang sangat bagus segalanya.
Bulan
demi bulan terus bergulir, hingga tibalah masa paceklik, makanan sulit
diperoleh. Kelaparan merata dimana-mana. Suatu hari ketika aku sedang
menikmati udara dirumah, tiba-tiba pintu rumahku diketuk oleh seseorang.
Aku keluar utuk melihat siapa yang datang. ternyata perempuan yang
cantik itu yang datang. Ia berdiri didepan pintu, katanya:”Tuan aku ini
sedang kelaparan, Apa ada makanan yang bisa tuan berikan
kepadaku?”Jawabku:”Apa kau tidak merasa bahwa aku sangat mencintaimu?.
Aku tidak akan memberi makanan kecuali kau bersedia menyerahkan dirimu
padaku”.
Sesungguhnya
aku takut menghadapi bahaya dalam kematian. Aku telah berjanji untuk
tidak berma’syiat kepada Allah”. Lalu Ia kembali. Dua hari kemudian Ia
datang lagi. Ia meminta makanan seperti yang dikatakan tempo hari. Aku
juga memberi jawaban seperti jawabanku yang kemarin. Saat itu tubuhnya
kelihatan sangat kusut dan rusak. Ia masuk dan duduk didalam rumah. Aku
menyodorkan makanan didepannya. Tiba-tiba airmata perempuan cantik itu
terus mengalir deras seraya berkata:”Apakah makanan ini Kau berikan
semata hanya karena Allah?” Aku menjawab:”Aku berikan makanan itu agar
kau bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”. Ia bangkit dan meninggalkan
makanan itu tanpa menjamahnya sedikitpun. Ia terus melangkah keluar
rumah menuju rumahnya sendiri, yang berada tak jauh dari rumahku.
Dua
hari kemudian ia datang lagi. Ia mengetuk pintu sambil berdiri didepan
pintu, Kulihat tubuhnya kian kurus kering. Suaranya terbata-bata.
Punggunbgnya membungkuk karena menahan lapar. Ia berkata :”Tuan aku
telah merasa kesulitan, untuk mencari makanan, dan aku tak sanggup lagi
untuk berjalan jauh untuk mencari makanan kecuali kepada tuan. Apakah
tuan punya makanan yang bisa diberikan kepadaku ikhlas karena Allah?”
Ya
tentu ada kalau kamu bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”. Ia kemudian
menundukkan wajah beberapa saat, ia masuk dan duduk didalam. Saat itu
aku benar benar tidak mempunyai makanan yang dapat kuberikan untuknya.
Maka aku segera menghidupkan api untuk memasak makanan untuknya.
Setelah
masak dan makanan kuletakkan didepannya tiba-tiba aku tersadar
memperoleh petunjuk Allah. Dalam hati aku berkata:”Hai rusak amat diriku
ini, sesungguhnya perempuan ini termasuk orang yang di beri akal
sedikit dan begitu pula ketaatannya pada agamanya. Ia tidak mampu
mencari mana dan sudah berulang kali merasakan betapa pedihnya
kelaparan. Tetapi kamu tidak mau menahan kemaksiatan, padahal ia dapat
mencegah kemaksiatan tanpa mau menyentuh makanan, jika diberikan dengan
syarat”. Kemudian aku berdoa kepada Allah : ”Wahai Allah sesungguhnya
aku sekarang bertaubat kepada-MU atas segala perbuatanku. Aku berjanji
tidak akanmendekati lagi kepada perempuan itu untuk bermaksiat”. Aku
dekati dia yang masih terpaku didepan makanan. Aku berkata:Sekarang
makanlah, Kamu tidak perlu khawatir bahwa aku akan meminta
persyaratanitu. Kuberikan itu hanya karena Allah”.
Begitu
mendengar ucapanku itu, ia mengangkat wajahnya kelangit seraya
berucap:”Wahai Allah, jika ucapannya itu benar, hindarkanlah dirinya
dari api dunia dan api akhirat”. Lalu perempuan cantik itu ku biarkan
menyantap makanan. Aku sendiri berkemas dari hadapannya untuk memadamkan
api. Tanpa sengaja sebuah bara api jatuh mengenai kakiku. Ternyata
tidak melepuh. Aku kembali lagi menjumpainya dengan penuh kegembiraan.
Aku berkata:”Bergembiralah kamu, sesungguhnya Allah telah mengabulkan
doamu”.
Lalu
Ia buang sesuap makanan yang masih ada di tangannya. Ia bersujud syukur
seraya berucap : ”Wahai Allah sesungguhnya Engkau telah memperlihatkan
kepadaku apa yang kuhendaki terhadap lelaki ini. Maka cabutlah ruhku
sekarang juga”. Selesai berucap begitu, perempuan cantik itu mati dalam
keadaan masih bersujud. Demikianlah ceritaku, saudara”. Wallaahu a’lam
|
BAB 25
K I S A H
Ada
seseorang perempuan keluar rumah dengan tujuan untuk memperoleh
pelajaran islam dari Nabi S.A.W bersama para sahabat lain. Di
pertengahan ada seorang lelaki yang masih muda melihatnya, Ia
bertanya:”Hai perempuan yang mulia, hendak kemana kamu?”. Ia
menjawab:”Aku hendak menghadap Rasulullah S.A.W untuk mendapatkan
pengajaran dari beliau”. Balas pemuda :”Apakah dirimu cinta benar
terhadap nabi S.A.W?”. Ia menjawab:”Ya, Aku sangat mencintainya”. ”Kalau
kamu benar-benar cinta kepada Rasulullah aku minta supaya engkau
membuka cadarmu, agar aku bisa melihat wajahmu”. Manakala anak muda itu
bersumpah-sumpah demi kecintaan perempuan itu kepada Rasulullah S.A.W,
maka perempuan itu tadi membuka cadarnya, Anak muda itu dapat melihat
dengan jelas wajahnya. Setelah kembali dari pelajaran agama, perempuan
itu tadi memberi tahu pada suaminya tentang peristiwa yang di alaminya
bersama seorang pemuda, ketika suaminya mendengar penuturan cerita
istrinya maka hatinya bimbang:”Hal itu perlu di uji kebenarannya. Agar
aku puas dan jelas persoalannya”.
Lalu
suami perempuan itu membuat perapian yang sangat besar dimasukkan
kedalam tungku. Tungku itu biasanya di gunakan untuk memasak roti, yang
menyerupai sebuah kentongan. Suami perempuan itu menunggu beberapa saat
agar api membesar. Ketika jilatan api telah membesar maka suaminya
berkata:”Demi Kebenaran Rasulullah S.A.W, masuklah kamu kedalam tungku
itu!”.
Begitu
istrinya mendengar suaminya bersumpahyang meminta dirinya agar masuk
kedalam tungku yang membara, tanpa ragu ia masuk kedalamnya. Ia tidak
memperdulikan lagi nyawanya demi kecintaannya kepada Rasulullah S.A.W.
Manakala
suami perempuan itu melihat isterinya benar benar masuk kedalam tungku
dan lenyap di selimuti jilatan api, timbullah penyesalan di dalam
hatinya. ia menyadari behwa apa yang di katakan itu benar, maka suami
perempuan itu tadi menghadap Rasulullah S.A.W. Ia menceritakan kejadian
yang berlangsung. Nabi S.A.W bersabda:”kembalilah. Bongkarlah tungku
itu”. Ia segera kembali dan membongkar tungku itu yang masih padas,
ternyata di balik tungku itu ia menemukan istriny a dalamkeadaan selamat
tanpa kurang suatu apapun. Hanya sekujur tubuhnya basah oleh
keringatnya sendiri, bagaikan orang yang sedang mandi air panas.
Wahai
Allah, Jadikanlah kebaikan kepada kami, keluarga kami, anak cucu kami
dan segenap kaum muslimin. Segala puji bagi-Mu ya Allah, Tuhan semesta
Alam. Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah menyempurnakan berbagai
kebaikkan dengan nikmat-Nya, dan dengan anugerah-Nya kita berbahagia
memperoleh syorga.
Shalawat
dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan Kita Nabi Muhammad
S.A.W, dan semoga terlimpahkan pula kapada keluarga, sahabat, dan
istri-istrinya selama masih ada langit dan bumi. Segala puji bagi Allah
sendiri-Nya. Tidak ada daya dan kekuatan selain dengan daya dan kekuatan
Allah Yang Maha Tinggi lagi Besar. Cukuplah Allah menjadi penolong kita
dan memberi kenikmatan kepada kita……Amiin
|
PENGANTAR PERKAWINAN
Tema
pernikahan atau membentuk rumah tangga islami adalah masalah yang
selalu hangat dibicarakan dan bahkan harus dibicarakan! Tentunya jangan
hanya dibicarakan dan difikirkan tapi di laksanakan .... InsyaAllah.
Dalam
Islam pernikahan itu mempunyai nilai yang sangat suci, agung dan
sakral. Ijab kabul sebagai transaksi pernikahan merupakan ucapan yang
ringan dilafalkan tapi berat sekali tanggung jawabnya. Allah sendiri
menyebut ijab kabul itu sebagai ikatan yang kuat/kokoh (Mitsaqon Gholizho).
"Bagaimana
kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka
(isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat." (QS.
4:21).
Dalam
AlQur an Allah hanya dua kali menggunakan istilah perjanjian yang kuat
ini, pertama untuk pernikahan dan kedua untuk perjanjian dengan bani
Israil (di masa Nabi Musa As): "Dan telah kami angkat ke atas (kepala)
mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil
dari) mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka: "Masukilah pintu
gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka:
"Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami
telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh." (QS. 4:154).
Setelah Ijab Kabul terucapkan, maka konsekwensinya:
1.
Halal lah apa yang tadinya haram. Jangankan berpegang-pegangan, saling
pandang-pandangan saja sebelum menikah antara 2 jenis kelamin dilarang
oleh Islam. Tapi setelah ijab kabul, maka lenyaplah tabir tsb.
"Isteri-isterimu
adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah
tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar
gembira orang-orang yang beriman." (QS. 2:223)
2.
Terjadilah pemindahan tanggung jawab seorang wanita dari orang tua/wali
ke suaminya. Sebelum menikah segala tanggung jawab seorang anak
terletak di pundak Ayahnya, setelah menikah maka kewajiban tsb berpindah
ke suami.
Suami
harus memenuhi segala kebutuhan lahir bathin istri. Suami yang akan di
minta pertanggung jawabannya di akhirat kelak bagaimana ia mendidik
istri dan anak-anaknya. Seperti Hadist yang diriwayatkan oleh Hakim:
Manusia yang paling besar tanggung jawabnya kepada wanita ialah
suaminya.
3.
Keihlasan seorang wanita dipimpin oleh suami dan taat pada suami. "Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang
lain(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian
dari harta mereka. Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta'at
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka menta'atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." [QS
An-Nisa' 4:34]
Dari
Abu Hurairah ra, dari Nabi S.A.W beliau bersabda, seandainya aku boleh
menyuruh orang untuk bersujud kepada seseorang, niscaya aku menyuruh
seorang istri bersujud kepada suaminya. (HR Turmudzi). Dari Ummu Salamah
ra. Berkata, Roaulullah bersabda: setiap istri yang meninggal dunia
sedangkan suaminya meredhoinya, niscaya ia masuk surga (HR Turmudzi)
Pernikahan
dalam rangka membentuk rumah tangga yang islami merupakan basis penting
dalam perjalanan pembangunan ummat. Rumah tanga merupakan organisasi
terkecil yang bisa menjadi gambaran mikrokondisi sebuah masyarakat.Ia
juga merupakan pijakan kedua setelah pembinaan individu muslim, dan
wadah praktis untuk pengamalan-pengalaman syariat Islam secara
berkelompok dan terorganisasi.
Fungsi-fungsi
dalam rumah tangga yang teratur dan terstruktur rapi disertai semangat
amanah dan tanggung jawab masing-masing anggotanya akan menciptakan
kondisi yang tentram dan di ridhai Allah S.W.T. Jika suami sebagai
qawwam (pemimpin) dan istri sebagai ribatul bait (pengatur ) rumah
tangga menyadari amanat tsb akan dipertanggung jawabkan di akhirat, maka
kecermelangan rumah tangga yang samara (sakinah, mawaddah, rahmah)
menjadi niscaya adanya..
"Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram (sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
(mawaddah) dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. 30:21)
Mawaddah
dalam ayat diatas lebih berkonotasi ke fisik, tidak hanya masalah
kecantikan istri, ketampanan suami, kemolekan tubuh, tapi juga
menyangkut tingkat sosial, ekonomi, pendidikan dan peradaban. Karena
Islam juga memandang faktor ke-sekufu-an (selevel) merupakan salah satu
faktor kebahagiaan rumah tangga.
Semakin
jauh perbedaan latar belakang kesekufuan ini akan sering terjadi
culture schok yang dapat menimbulkan perselisihan/percekcokan. Tapi
bukan berarti Islam melarang pernikahan antar si kaya dengan si miskin.
Dalam sejarah sahabat, hal ini terjadi pada kasus pernikahan sahabiyah
Zainab dengan Zaid yang Allah abadikan di dalam surat Al Ahzab (33) ayat
37.
"Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah
melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat
kepadanya:"Tahanlah terus isterimu dan bertaqwalah kepada Allah", sedang
kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya,
dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk
kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap
isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak
ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini) isteri-isteri
anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak Angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan
Allah itu pasti terjadi." [QS Al-Ahzab 33:37].
Sedangkan
Rahmah pada surat Ar Rum 21 diatas, adalah faktor kasih sayang yang
bersifat batiniyah, menyangkut kepahaman terhadap Dien (agama),
keimanan, akhlak, selera dan ideologi. Dan faktor-faktor ini sangat
penting. Pilihlah yang utama berdasarkan Diennya. Seperti hadist yang
telah ita sering dengar: Wanita itu dinikahi karena 4 perkara: karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya dan Dien nya. Maka dapatkan lah
wanita yang memiliki Dien (H.R Bukhari).
Bagaimana
kita "menilai" calon pasangan agar bisa diketahui apakah pas secara
mawaddah dan cocok secara rahmah? .... ini yang penting yak ... :) Saat
ini masih banyak muslim melakukan taaruf (perkenalan) dalam rangka
penilaian calon pasangannya itu dengan cara budaya yang non-Islami:
BERPACARAN.
Mungkin dengan pacaran akan diperoleh data-data yang diperlukan, tapi
karena ini bukan dari Islam, maka harus dihindari, dan biasanya dalam
masa berpacaran tsb, yang ditampilkan oleh masing-masing adalah sifat ya
ng baik-baiknya saja. Banyak kejadian (apalagi di Jerman) dua orang
yang telah bertahun-tahun berpacaran, tapi setelah menikah beberapa saat
kemudian bercerai dengan alasan tidak cocok.. Jadi bagaimana yang
islami?
Allah
telah memberikan solusinya, dalam surat Annur ayat 32 "Dan nikahkanlah
orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut
(menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. 24:32).
Ayat
ini dikhususkan oleh orang-orang yang telah menikah. Nikahkanlah
.....berarti disini Allah sedang berbicara kepada orang-orang yang telah
menikah.
Dan
mereka ini merupakan mediator untuk menciptakan media ta'aruf yang
islami. Di masa tempo doeloe, antar orang tua telah saling menpersiapkan
diri untuk saling menjodohkan anak-anaknya. Pada jaman sekarang cara
tsb akan dianggap kolot, feodal dan menghalangi kebebasan. Sebenarnya
ketidak cocokan ini karena adanya kesenjangan pemahaman, bila pihak
orang tua maupun anak ada keterbukaan, dan anak didik oleh orang tua
dengan nilai-nilai Islam sejak awal, maka anak akan percaya penuh
terhadap pilihan orang tua. Selain orang tua, guru ngaji atau teman yang
dapat dipercaya yang berakhlak baik dan sudah menikah dapat sebagai
mediator.
Walaupun
begitu Allah telah membuat katub pengaman sebagai tolok ukurnya
"Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik,
dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik
(pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan
laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka
(yang di tuduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi
mereka ampunan dan rezki yang mulia (yaitu surga)." (QS. 24:26)
Dalam
ayat diatas Allah telah memilihkan wanita-wanita yang baik untuk
lakilaki yang baik, oleh sebab itu bagi yang ingin cepat menikah, maka
harus meningkatkan terus nilai keimanannya agar mendapatkan sesuai
dengan kualitas dirinya. Itu janji Allah. Sekian dulu dari salah, kalau
ada salah kata saya mohon ampun kepada Allah dan minta maaf pada rekan
semua.
|
RUMAH TANGGA ISLAMI
Pada
tazkiroh pekan lalu telah disampaikan pengantar mengenai pernikahan
ditinjau oleh sudut pandang Islam. Sebelum kita meminta "mediator" untuk
mencarikan pasangan hidup kita, cobalah kita renungkan pertanyaan
berikut: Rumah tangga macam apa yang akan kita bangun? Di bawah ini ada
beberapa contoh rumah tangga yang ada di sekitar kita (bias ditambahkan
lagi dan silakan dipilih mana yang cocok) :
1. RUMAH TANGGA BISNIS
Pada
awal dibinanya rumah tangga ini telah dihitung-hitung berapa keuntungan
materi yang akan diperoleh, bila aku menikah dengan si fulan, berapa
tabunganku akan bertambah saat menikah dan setelah menikah. Apa
pasanganku nanti dapat menambah hartaku atau malah akan mengurangi. Dan
bila kami nanti punya anak, berapa anak yang kira-kira dapat
menguntungkan usaha yang kami jalankan saat ini dst. Rumah tangga
seperti ini banyak sekali ditemukan di negara Barat yang hanya berfikir
pada materi. Allah telah berfirman:
"Dan
sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu yang memperoleh balasan
yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan
mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)." (QS.
34:37)
2. RUMAH TANGA "BARAK"
Yang
terdengar dari rumah tangga ini hanya perintah-perintah atau
komando-komando layaknya jendral kepada kopralnya. Bila si kopral tidak
melaksanakan atau lalai menjalankan tugas, maka konsekwensinya adalah
hukuman, baik berupa umpatan atau bahkan pukulan. Di sini tidak ada
suasana dialogis yang mesra, anggota keluarga yang berperan sbg kopral,
selalu merasa tertekan dan takut bila ada sang jendral di rumah, dan
selalu berdoa dan berharap agar sang jendral segera berlalu keluar
rumah.
.3. RUMAH TANGGA "ARENA TINJU"
Bila
suami dan istri merasa memiliki derajat, kekuatan dan posisi yang
setara serta pendapatnya lah yang benar dan harus terlaksana. Bila ada
perbedaan dan salah faham sedikit saja, maka digelarlah "pertandingan"
yang dapat berupa, baku cekcok, baku hantam atau baku UFO (piring
terbang). Masing-masing berusaha membuat KO lawannya dengan berbagai
taktik. Tidak ada kata damai sebelum salah satunya menyerah.
4. RUMAH TANGGA ISLAMI
Didalamnya
ditegakkan adab-adab Islam, baik individu maupun seluruh anggota.
Mereka berkumpul dan mencintai karena Allah, saling menasehati kejalan
yang maruf dan mencegah dari kemunkaran. Setiap anggota betah tinggal
didalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Rumah tangga yang
menjadi panutan dan dambaan ummat yang didalamnya selalu ditemukan
suasana sakinah, mawaddah dan rahmah. Merupakan surga dunia, seperti
yang sering kita dengar, Rasul pernah bersabda : Baiti jannati! Rumahku
adalah surgaku. Rumah yang dimaksud di sini tentunya bukan bangunan
fisiknya yang bak istana dengan taman yang luas dan kolam renangnya,
tapi rumah disini adalah rumah tangga "ruh" dari rumah tsb.
Apa ciri-ciri rumah tangga islami tersebut :
a. DIDIRIKAN ATAS DASAR IBADAH
Rumah
tangga didirikan dalam rangka ibadah kepada Allah, dari proses
pemilihan jodoh, pernikahan (akad nikah, walimah) sampai membina rumah
tangga jauh dari unsur kemaksiatan atau yang tidak islami. Sebagaimana
tugas kita di muka bumi ini yang hanya untuk mengabdi/beribadah kepada
Allah, maka pernikahan ini pun harus diniatkan dalam rangka tsb.
Beberapa contoh yang tidak islami, pemilihan jodoh tidak berdasarkan
Diennya (agamanya), Proses berpacaran, pemilihan hari "baik" untuk acara
pernikahan, sebelum akad nikah ada acara widodareni atau mandi air
kembang dan dalam acara walimahan ada upacara (adat) injak telur dan
buang-buang beras (S.A.Weran).
b. TERJADI INTERNALISASI NILAI ISLAM SECARA KAFFAH (MENYELURUH)
Dalam
rumah tangga islami segala adab-adab islam dipelajari dan dipraktekan
sebagai filter bagi penyakit moral di era globalisasi ini. Suami
bertanggung jawab terhadap perkembangan pengetahuan keislaman dari
istri, dan bersama-sama menyusun program bagi pendidikan anakanaknya.
Saling tolong-menolong dan saling mengingatkan untuk meningkatkan
kefahaman dan praktek ibadah. Oleh sebab itu suami dan istri seharusnya
memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang Islam.
c. TERDAPAT QUDWAH (KETELADANAN) QUDWAH (KETELADANAN) SUAMI ATAU ISTRI YANG DAPAT DICONTOH OLEH ANAK-ANAK
Setiap
hendak keluar atau masuk rumah anggota keluarga membiasakan mengucapkan
salam dan mencium tangan, merupakan contoh yang akan membekas pada
anak-anak sehingga mereka tidak canggung mengucapkan salam ketika telah
dewasa. Bagaimana mungkin anak akan menegakkan sholat diawal waktu,
sementara orang tuanya asik melihat TV pada saat azan berkumandang (ini
contoh yang buruk).
Keluarga
islami merupakan contoh teladan di lingkungannya, selalu nilainilai
positif saja yang terlontar dari para tetangganya bila membicarakan
rumah tangga ini. Hal ini bisa terjadi bila adanya contoh-contoh yang
islami dilakukan serta silaturahmi ke tetangga yang intensif.
d. ADANYA PEMBAGIAN TUGAS YANG SESUAI DENGAN SYARIAT
Islam
memberikan hak dan kewajiban masing-masing bagi anggota keluarga secara
tepat dan manusiawi. Seperti yang tercantumkan dalam Firman Allah:
"Dan
janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu." (QS. 4:32).
Suami
atau istri harus faham apa kewajiban dan haq nya, sehingga tidak
terjadi pertengkaran karena masing-masing hanya menuntut haknya
terpenuhi tanpa melakukan kewajibannya. Islam telah mengatur
keseimbangan haq dan kewajiban ini, apa yang menjadi kewajiban suami
adalah haq istri, dan begitu pula sebaliknya. Kewajiban suami tidak bias
dilakukan secara optimal oleh istri, begitu pula sebaliknya.
e. TERCUKUPNYA KEBUTUHAN MATERI SECARA WAJAR
Suami
harus membiayai kelangsungan kebutuhan materi keluarganya, karena itu
salah satu tugas utamanya. Seperti yang tercantum dalam Al Quran surat
Al Baqarah 233:...... Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf.
f. MENGHINDARI HAL-HAL YANG TIDAK ISLAMI
Banyak
kegiatan atau barang-barang yang tidak islami harus disingkirkan dari
dalam rumah, misalnya penghormatan kepada benda-benda keramat, memajang
patung-patung, memasukkan ke rumah majalah/koran/Video atau saluran
internet dan TV (ini yang susah) yang tidak islami, bergambar mesum dan
adegan kekerasan, memperdengarkan lagu-lagu yang tidak menambah
keimanan.
G. BERPERAN DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT
Keluarga
islami harus memberikan kontribusi yang cukup bagi perbaikan masyarakat
sekitarnya :"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik.Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orangyang mendapat petunjuk." (QS. 16:125)
Kita
tidak bisa hidup sendirian terpisah dari masyarakat. Betapapun taatnya
keluarga tersebut terhadap norma-norma ilahiyah, apabila sekitar
lingkungannya tidak mendukung, pelarutan nilai akan lebih mudah terjadi,
terutama pada anak-anak.
Oleh
sebab itu setiap anggota keluarga islami diharuskan memiliki semangat
berdawah yang tinggi, sesuai dengan profesi utama setiap muslim adalah
dai. Suami harus dapat mengatur waktu yang seimbangan untuk Allah S.W.T
(ibadah ritual), untuk Keluarga (mendidik keluarga serta bercengkrama
bersama istri dan anak-anak), waktu untuk ummat (mengisi ceramah,
mendatangi pengajian, menjadi pengurus mesjid, panitia kegiatan
keislaman) dan waktu mencari nafkah. Begitu pula dengan istri harus
diberi kesempatan untuk bekiprah di jalan dawah ini memperbaiki muslimah
disekitarnya.
Bila
pemahaman keislaman antara suami dan istri sekufu, maka tenaga untuk
melakukan manuver dawah keluar akan lebih banyak, karena suami tidak
perlu menyediakan waktu yang terlalu banyak untuk mengajari istrinya.
Begitu pula istri mendukung dan memperlancar tugas suami dengan ikhlas.
"Dan
orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. 25:74)
Kita dapat membaca sebagai referensi rumah tangga islami yang telah dicontohkan oleh Rosul S.A.W dan para sahabatnya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|