Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Puisi

Senja merah menyapa

oleh Duddin Herlino pada 26 Desember 2011 pukul 18:11


Lelah sepanjang jalan
hariku,
Dalam redup senja
dengan mawar, Keriput
dengan usia, dan disiraman
dengan Mengangguklah
kabut Lama,
aku terus berjalan
Tanpa kantuk sebelum tiba,,hangatnya telahh mengisi hariku,
Untuk mana matahari bersandar di peraduan
rendah Pada Lindung nilai yang cepat dan dengan hijau
belukar,
Dari pasir dan tanah merayap ku berjalan,
hendak menjadi burung yang terbang dan bernyanyi
Domba-domba yg melebihi jumlah mawar di siang itu,,
Namun, ketika bayangan malam jatuh,
pergilah salah satu dari semuanya.

Tenanglah jiwa kutelan tanpa rasa, air yang teramat dingin,
senjapun menyapaku..

By: duddin_herlino
Senja merah menyapa

  

 Malam Tanpa Rembulan

Malam,, janganlah pergi
usia muda masih menyala,,
usia tuaku belum terbakar,,
aku tidak marah pada cahaya rembulanmu,,
Meskipun pada akhirnya mereka tahu arti kegelapan,,
Karena kata-katak telah bercabang,,

Malam Jangan pergi,,
lembutmu ke dalam mimpi yang cepat,,
meski gelombang terakhirku menangis,,
bagaimana terang perbuatanku lemah,,
mungkin menari di sebuah teluk keggelisahan,,

cahaya liarmu yang tertangkap dan bernyanyi disini,,
dari penerbangan keterlambatan,,
aku berduka di jalan ini,,

Malam janganlah pergi,,
aku tidak marah terhadap cahaya rembulanmu,,
Dan kau, ada pada puncak kesedihanku,,
sebuah sayatan perih mengubur anganku,,
aku berdoa,,

Malam janganlah pergi,,
aku tidak marah pada cahaya rembulanmu,,

by. duddin_herlino






TETAP SEMANGAT

Keindahan yg muncul scara alami
mmBerikan sebuah klembutan pd pergelangan tangan,
dan warna di atas hijaunya bumi.

Dan ketika kau memberikan
matahari
menyelingi awal kehangatan, Mengisi udara yang bergerak

Sekarang kuterkulai pada
ranjang dedaunan
Dengan bau tanah intim menekan jamur
Segera kau mengirim kolam berair
sungai tepat waktu dan danau yg sejuk,
untuk memperingatkan
mereka dari datang kehangatan.

Lihatlah! kabut pada siang yg tenang
Sebuah pemandangan yang menarik air mata
menyelinap pada iklim keharmonisan

dan lihatlah Panas yg berkurang,
sangat adil cuaca kehidupan.
setidaknya kita bersenandung nada pemanasan, memastikan ritme Alam yg masih berlimpah.
Tapi sekarang, kita harus
mempersiapkan pikiran
Membimbing kita sepanjang jalan yang landai
Untuk kemudahan dalam jiwa kita

by. Duddin_herlino

Tidak ada komentar:

Posting Komentar